Gosok Gigi Plus Plus

Gosok gigi atau istilah lainnya bersiwak, pasti telinga kita sudah tidak asing dengan kegiatan tersebut. Jadwal menggosok gigi masing-masing orang berbeda-beda, ada yang minimal dua kali sehari, tiga kali sehari, atau bahkan lebih dari itu. Berbagai alasan melakukan gosok gigi akhirnya diutarakan, ada yang sebabnya ingin tampil lebih “pede”, supaya bau mulut lebih segar, ada yang karena ingin mencontoh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, karena ingin bertemu dengan orang penting, atau hanya sekedar ingin gosok gigi, dan berbagai macam alasan lainnya. Namun, banyak yang tidak mengetahui bahwa gosok gigi atau bersiwak merupakan salah satu bagian dari sunnah-sunnah yang fitrah.

Sunnah-Sunnah yang Fitrah

Sunnah-sunnah yang fitrah? Apa itu? Sebagian dari kita pastinya merasa asing dengan kata itu. Fitrah secara bahasa artinya amalan-amalan atau perbuatan-perbuatan. Secara istilah, pengertian fitrah ada dua macam: pertama, fitrah yang berkaitan dengan hati yaitu fitrah mengenal Allah Ta’aala, mencintai-Nya, dan mendahulukan-Nya daripada yang lain; kedua, fitrah yang berkaitan dengan perbuatan atau pembersihan jasad/badan. Keduanya saling berhubungan dan saling menguatkan.

Dzun Nuun al-Mishri menegaskan: “Di antara ciri cinta kasih terhadap Allah ‘azza wajalla adalah mengikuti jejak kekasih-Nya Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam, dalam akhlak, perbuatan, perintah dan sunnah-sunnah-Nya.

Allah subhanahu wata’aala berfirman, yang artinya, “Katakanlah: ‘Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah akan mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.’ Allah Maha Pengampun lagi Maha penyayang”(Q.s. : Ali ‘Imran : 31). Al-Hasan Al-Bashri menyatakan: “Tanda cinta mereka terhadap Allah adalah mengikuti sunnah Rasul-Nya.”

Derajat seorang muslim bisa diukur dengan tingkat ittiba’nya (kesungguhan dalam mengikuti tuntunan -ed) kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam. Semakin banyak ia menerapkan sunnah beliau shalallahu ‘alaihi wasallam, semakin tinggi dan semakin mulia kedudukannya di sisi Allah.

Macam-Macam Sunnah yang Fitrah

Diriwayatkan dari Zakariya bin Abi Za’idah dari Mus’ab bin Syaibah dari Thalq bin Habib dari Ibnu Zubair dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anhaa bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda, yang artinya, “Sepuluh hal yang termasuk fitrah: [pertama] mencukur kumis, [kedua] memelihara jenggot, [ketiga] bersiwak, [keempat] memasukkan air ke hidung, [kelima] memotong kuku, [keenam] mencuci ruas-ruas jari, [ketujuh] mencabut bulu ketiak, [kedelapan] mencukur bulu kemaluan, [kesembilan] istinja`. Zakariya berkata bahwa Mush’ab berkata,Dan saya lupa yang (kesepuluh), tapi [sepertinya itu adalah] berkumur-kumur.” (Riwayat Muslim, at-Tirmidzi, an-Nasa’i, dan Ibnu Majah)

Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda, yang artinya, “Lima hal yang termasuk fitrah (kesucian): [pertama] mencukur bulu kemaluan, [kedua] khitan, [ketiga] menipiskan kumis, [keempat] mencabut bulu ketiak, dan [kelima] memotong kuku’.” (Riwayat Bukhari dan Muslim)

Dari hadits di atas dapat diambil kesimpulan bahwa yang termasuk sunnah-sunnah fitrah adalah: khitan, mencukur bulu kemaluan, mencabut bulu ketiak, menggunting kuku, memangkas kumis, memanjangkan jenggot, bersiwak (gosok gigi), membersihkan ruas-ruas jari, istinsyaaq (memasukkan air ke dalam hidung kemudian mengeluarkannya kembali pada saat berwudhu), istinja’ (menyucikan bagian tubuh tempat keluarnya kotoran setelah buang air).

Siwak, jika dikasrah huruf sinnya, adalah nama suatu kayu yang dipakai untuk menggosok gigi dengan tujuan untuk membersihkan gigi dari kotoran di mulut, agar gigi tidak menguning, serta memperkuat gigi. Dengan bersiwak, seseorang dapat memperoleh pahala karena menggunakan siwak termasuk sunnah  dalam wudhu/thaharah/bersuci yang dicintai. Selain itu juga banyak terdapat manfaat di dalamnya.

Diriwayatkan dari Abi Hurairah radhiyallahu ‘anhu dari Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam, beliau shalallahu ‘alaihi wasallam bersabada, yang artinya: “Seandainya tidak memberatkan umatku, sungguh aku perintahkan mereka untuk bersiwak setiap akan shalat.” (Riwayat Bukhari dan Muslim)

Berdasarkan hadits tersebut, manfaat yang dapat kita ambil adalah:

  1. Disunnahkan bersiwak, dan keutamaannya hampir menyamai pahala ibadah wajib.
  2. Syariat untuk bersiwak ketika akan shalat sangat ditekankan. Oleh karena itu, Ibnu Daqiiqil ‘Ied menyatakan bahwa bersiwak mengandung beberapa rahasia:
  3. Perintah untuk beramal sebaik mungkin tatkala (akan) beribadah kepada Allah ta’aala, yaitu dalam keadaan yang sempurna dan bersih untuk menampakkan kemuliaan ibadah.
  4. Dikatakan bahwa anjuran untuk bersiwak berhubungan dengan keberadaan para malaikat. Malaikat merasa terganggu dengan bau yang tak sedap.

Atas dasar itulah, maka Imam ash-Shan’ani rahimahullah mengatakan: “Rahasia permasalahan ini tercakup dalam dua perkara yang telah disebutkan tadi, sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Jabir radhiyallahu ‘anhu, yang artinya, “Barangsiapa yang memakan bawang putih, bawang merah, atau jengkol (petai dan sejenisnya), maka janganlah sekali-kali mendekati masjid kami, karena malaikat terganggu dengan sesuatu yang juga mengganggu manusia”.

  1. Keutamaan wudhu dan shalat jika sebelumnya melakukan siwak (gosok gigi) terlebih dahulu.
  2. Sesungguhnya yang menghalangi Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam mewajibkan siwak (gosok gigi) adalah rasa khawatir akan memberatkan umatnya.
  3. Betapa cinta dan kasih sayangnya Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam kepada umatnya, serta kekhawatiran beliau shalallahu ‘alaihi wasallam kepada mereka.
  4. Sesungguhnya syariat ini memudahkan bukan menyulitkan, dan juga tidak ada kesulitan di dalamnya.

Waktu-Waktu yang Dianjurkan Untuk Bersiwak (Gosok Gigi)

  1. Sebelum berwudhu.
  2. Sebelum shalat.
  3. Sebelum membaca al-Quran.
  4. Akan masuk ke dalam rumah.
  5. Bangun malam untuk shalat tahajjud.

Disini bisa kita ambil hikmah yang sangat besar, yakni Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tidak mewajibkan siwak (gosok gigi) karena terdapat maslahat yang besar. Coba bayangkan jika Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam mewajibkan bersiwak, terlebih lagi ketika akan shalat, kebanyakan dari kita pasti akan keberatan dan akhirnya berdosa karena tidak menjalankan kewajiban tersebut.

Jadi kesimpulannya, mari kita meniatkan gosok gigi karena ingin mencontoh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam. Supaya gosok gigi plus dapat pahala. (Ummu Uwais & Ummu Zahwa)

Maraaji’ (Referensi):

  • Tauhidul Ahkam Syarh Umdahtul Ahkam [Terj.] (Syaikh Al-Bassam).
  • Al-Wajiz fii Fiqhis Sunnah wa Kitaabil ‘Aziiz [Terj.] (Syaikh ‘Abdul ‘Azhim bin Badawi Al-Khalafi).
  • Thoharoh Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam [Terj.] (Syaikh Dr.Sa’id ‘Ali bin Wahf Al-Qahthani).

Leave a comment